Perang Nuklir Zaman Prasejarah?

Epos Mahabarata mengisahkan konflik hebat keturunan Pandu dan Dritarasta dalam memperbutkan takhta kerajaan.Menurut sumber yang saya dapat,epos ini ditulis pada tahun 1500 SM,dan menurut perkiraan, perang tsb meletus sekitar 5000 tahun yang lalu.
Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini,diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!
Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya?Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir?
Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia. Akan selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.
Akhir-akhir ini perhatian saya tertuju terhadap sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30000 SM hingga 15000 SM.

Mengapa kita suka menunda?

Mengapa kita tidak juga melakukan hal-hal yang kita sangat ingin lakukan?
Mengapa kita punya impian-impian besar, namun tidak juga mengambil tindakan drastis untuk mewujudkannya?
Jawabannya bisa mengacu kepada Hukum Pertama Isaac Newton: “Setiap aksi, ada reaksi berlawanan yang sama besarnya”
Begini penjelasannya:
Katakanlah kita menginginkan sesuatu, tentunya kita pasti menginginkan sesuatu apa pun itu kan? Yah, untuk gampangnya ambil contoh kita ingin ‘sukses’.
Hal yang paling mendasar adalah: bila kita ingin sukses, dan kita betul-betul menginginkannya lebih dari apa pun di dunia ini, kita pasti akan mendapatkannya, ya kan?
Namun demikian, ketika kita ingin menghindar dari katakanlah rasa takut dan pergi ke tempat yang aman, maka kita LEBIH menginginkan rasa aman daripada kita ingin jadi sukses. Itulah mengapa kita tidak pernah mendapatkan impian kita.
Biasanya akan muncul alasan-alasan, yang mungkin seperti ini:
“Saya gak cukup pandai
“Saya gak punya cukup uang”
“Saya tidak berhak mendapatkan lebih dari apa yang saya punya sekarang”
“Latar belakang pendidikan saya tidak cukup atau sesuai”
“Saya gak punya kompetensi untuk melakukannya”
Semua alasan tersebut adalah yang menghambat kita untuk meraih impian kita. Caranya untuk menemukan apa alasan kita adalah dengan mengajukan pertanyaan yang tepat.
Sebetulnya, kita sudah TAHU jawabannya. Masalahnya adalah kita tidak mengajukan pertanyaan yang tepat. Berikut ada dua pertanyaan yang kita bisa gunakan:
“Apa KEUNTUNGAN yang kita dapatkan dengan tidak mewujudkan impian kita?”
Percaya deh, kita PUN akan mendapatkan SESUATU dengan tidak mewujudkan impian kita. Kita harus menemukan apakah itu supaya kita bisa menghilangkannya.
Salah satu keuntungan tersembunyi tersebut adalah kita tidak akan keluar dari wilayah nyaman (comfort zone) kita. Bahkan ketika kita tidak bahagia dengan kondisi kita sekarang, kita bisa saja meyakinkan diri kita bahwa dengan mengejar apa yang kita inginkan akan lebih sulit dan lebih menyakitkan sehingga kita tetap pada kondisi kita sekarang. Kita mungkin sengsara, tapi kita tetap merasa nyaman.
Pertanyaan kedua adalah: “Apa yang saya takutkan akan terjadi bila saya ………… ……… . (silahkan isi sendiri dengan impian-impian kita)
Pertanyaan ini melingkupi perubahan-perubahan dalam gaya hidup yang mungkin kita harus lakukan agar bisa mencapai impian kita. Juga, melingkupi apa yang orang lain akan pikir tentang kita.
Supaya kita bisa meraih impian kita, kita harus menjawab dan menyelesaikan kedua pertanyaan sederhana ini.
Oke deh, jadi apa yang kita lakukan?
Pertama, matikan HP kita, TV, radio, dan semua yang bisa mengganggu konsentrasi kita. Lalu, ambil sebuah pulpen dan tulis di bagian atas sehelai kertas:
“Keuntungan dengan TIDAK meraih impian saya adalah:”
Tulis minimal 20 jawaban. Bila kita sudah tidak bisa menjawabnya lagi, coba saja ‘tebak’ dan tuliskan saja. Bila sudah mencapai 10-15 jawaban, pikiran bawah sadar kita akan mengambil alih. Tulis apa pun yang muncul di benak kita, seberapa aneh atau gak pentingnya jawaban itu.
Biarkan saja benak kita bergerak liar dan dapatkan jawaban sespesifik mungkin. Biasanya kita akan mendapatkan jawaban-jawaban yang menarik.
Sekarang, tanyakan pada diri kita, bagaimana kebiasaan menunda telah membantu kita sejauh ini. Sadari bahwa kebiasaan itu ada pasti untuk maksud tertentu. Temukan maksud tersebut, dan tanyakan pada diri kita apakah masih berguna bagi kita. Mungkin sudah saatnya kita melepaskan kebiasaan itu.
Ketika kita sudah mengetahui bahwa ia sudah tidak berguna lagi bagi kita, secara alamiah kebutuhan akan kebiasaan tersebut pun akan hilang (bila kita sudah siap melepaskannya).
Dan ketika sudah hilang, kita akan merasa bebas untuk mencapai yang kita inginkan, dan kita pun akan melakukannya dengan perasaan mudah dan senang.
Apkah kita siap menghilangkan kebiasaan menunda atau apakah kita akan menundanya lagi? Kita pilih sendiri.
Dalam hidup ini, kita hanya punya dua hal: Alasan atau Hasil. Kita mendapatkan hasil dari yang kita inginkan, atau kita memiliki ‘alasan’ mengapa kita tidak mendapatkannya.
Kebiasaan menunda seperti penyakit. Obatnya adalah dengan meyakinkan diri kita bahwa ia sudah tidak berguna lagi buat kita.

Live traffic Feed