Mengapa kita tidak juga melakukan hal-hal yang kita sangat ingin lakukan?
Mengapa kita punya impian-impian besar, namun tidak juga mengambil tindakan drastis untuk mewujudkannya?
Jawabannya bisa mengacu kepada Hukum Pertama Isaac Newton: “Setiap aksi, ada reaksi berlawanan yang sama besarnya”
Begini penjelasannya:
Katakanlah kita menginginkan sesuatu,
tentunya kita pasti menginginkan sesuatu apa pun itu kan? Yah, untuk
gampangnya ambil contoh kita ingin ‘sukses’.
Hal yang paling mendasar adalah: bila kita ingin sukses, dan kita betul-betul menginginkannya lebih dari apa pun di dunia ini, kita pasti akan mendapatkannya, ya kan?
Namun demikian, ketika kita ingin menghindar dari katakanlah rasa takut dan pergi ke tempat yang aman, maka kita LEBIH menginginkan rasa aman daripada kita ingin jadi sukses. Itulah mengapa kita tidak pernah mendapatkan impian kita.
Biasanya akan muncul alasan-alasan, yang mungkin seperti ini:
“Saya gak punya cukup uang”
“Saya tidak berhak mendapatkan lebih dari apa yang saya punya sekarang”
“Latar belakang pendidikan saya tidak cukup atau sesuai”
“Saya gak punya kompetensi untuk melakukannya”
Semua alasan tersebut adalah yang
menghambat kita untuk meraih impian kita. Caranya untuk menemukan apa
alasan kita adalah dengan mengajukan pertanyaan yang tepat.
Sebetulnya, kita sudah TAHU jawabannya. Masalahnya adalah kita tidak mengajukan pertanyaan yang tepat. Berikut ada dua pertanyaan yang kita bisa gunakan:
“Apa KEUNTUNGAN yang kita dapatkan dengan tidak mewujudkan impian kita?”
Percaya deh, kita PUN akan mendapatkan
SESUATU dengan tidak mewujudkan impian kita. Kita harus menemukan apakah
itu supaya kita bisa menghilangkannya.
Salah satu keuntungan tersembunyi tersebut adalah kita tidak akan keluar dari wilayah nyaman (comfort
zone) kita. Bahkan ketika kita tidak bahagia dengan kondisi kita
sekarang, kita bisa saja meyakinkan diri kita bahwa dengan mengejar apa
yang kita inginkan akan lebih sulit dan lebih menyakitkan sehingga kita
tetap pada kondisi kita sekarang. Kita mungkin sengsara, tapi kita tetap
merasa nyaman.
Pertanyaan kedua adalah: “Apa yang saya
takutkan akan terjadi bila saya ………… ……… . (silahkan isi sendiri dengan
impian-impian kita)
Pertanyaan ini melingkupi
perubahan-perubahan dalam gaya hidup yang mungkin kita harus lakukan
agar bisa mencapai impian kita. Juga, melingkupi apa yang orang lain
akan pikir tentang kita.
Supaya kita bisa meraih impian kita, kita harus menjawab dan menyelesaikan kedua pertanyaan sederhana ini.
Oke deh, jadi apa yang kita lakukan?
Pertama, matikan HP kita, TV, radio, dan
semua yang bisa mengganggu konsentrasi kita. Lalu, ambil sebuah pulpen
dan tulis di bagian atas sehelai kertas:
“Keuntungan dengan TIDAK meraih impian saya adalah:”
Tulis minimal 20 jawaban. Bila kita
sudah tidak bisa menjawabnya lagi, coba saja ‘tebak’ dan tuliskan saja.
Bila sudah mencapai 10-15 jawaban, pikiran bawah sadar kita akan
mengambil alih. Tulis apa pun yang muncul di benak kita, seberapa aneh
atau gak pentingnya jawaban itu.
Biarkan saja benak kita bergerak liar
dan dapatkan jawaban sespesifik mungkin. Biasanya kita akan mendapatkan
jawaban-jawaban yang menarik.
Sekarang, tanyakan pada diri kita,
bagaimana kebiasaan menunda telah membantu kita sejauh ini. Sadari bahwa
kebiasaan itu ada pasti untuk maksud tertentu. Temukan maksud tersebut,
dan tanyakan pada diri kita apakah masih berguna bagi kita. Mungkin
sudah saatnya kita melepaskan kebiasaan itu.
Ketika kita sudah mengetahui bahwa ia
sudah tidak berguna lagi bagi kita, secara alamiah kebutuhan akan
kebiasaan tersebut pun akan hilang (bila kita sudah siap melepaskannya).
Dan ketika sudah hilang, kita akan
merasa bebas untuk mencapai yang kita inginkan, dan kita pun akan
melakukannya dengan perasaan mudah dan senang.
Apkah kita siap menghilangkan kebiasaan menunda atau apakah kita akan menundanya lagi? Kita pilih sendiri.
Dalam hidup ini, kita hanya punya dua
hal: Alasan atau Hasil. Kita mendapatkan hasil dari yang kita inginkan,
atau kita memiliki ‘alasan’ mengapa kita tidak mendapatkannya.
Kebiasaan menunda seperti penyakit. Obatnya adalah dengan meyakinkan diri kita bahwa ia sudah tidak berguna lagi buat kita.